Jumat, 25 Februari 2011

Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern : "VARIASI TEORI NEO-MARXIS"


DETERMINISME EKONOMI
Menganggap system ekonomilah yang menentukan semua sector masyarakat lainnya. Sector politik agama dan sebagainya tidak dapat dikurangi menjadi epifenomena yang ditentukan oleh ekonomi, alasannya di pengaruhi oleh sector ekonomi. Menurut Egger (1978), ekonomi mencapai puncaknya sebagai interprestasi teori Marxian selama periode komunis internasional kedua antara 1889 dan 1914. Periode ini dikatakan sebagai puncak kapitalisme pasar awal. Dimana ledakan pertumbuhan ketika itu menimbulkan berbagai prediksi mengenai kematiannya. Para pemikir Marxis menyakini determinisme ekonomi memandang kehancuran kapitalisme sebagai sesuatu yang tidak terelakan. Struktur ekonomi kapitalis terdiri atas serentetan proses yang tanpa terelakan menyebabkan kehancuran kapitalisme dank arena itu tergantung pada kemampuan determinisme ekonomi untuk menemukan cara kerja prosesd itu.

MARX HEGELIAN
Determinisme ekonomi mulai memudar perannya dan sejumlah teoritis mengembangkan teori Marxian jenis lain. Marx Hegelian ini mencoba memperbaiki hubungan dealiktika antara aspek subjektif dan aspek objektif kehidupan sosial. Perhatian mereka terhadap factor subjektif memberikan basis bagi perkembangan teori kritis selanjutnya, yang semula hampir sepenuhnya memusatkan perhatian secara esklusif pada factor subjektif. Determinisme ekonomi ini lebih memusatkan pada karya Georg Lukacs yang sangat terkenal terutama bukunya history and class conscioueness.
Georg Lukacs
Lukacs memulai dengan konsep komuditi Marxian yang diakui sebagai sebuah masalah structural penting dalam masyarakat kapitalis. Komoditi ini berbentu barang dan berkembang menjadi objek itu menjadi basis hubungan antar individu. Dalam masyarakat kapitalis, interaksi manusia dengan alam menghasilkan berbagai macam produk atau komoditi (misalnya, roti, mobil, film). Tetapi, manusia cenderung tidak mampu melihat fakta bahwa merekalah sebenarnya yang menghasilakan komoditi itu dan memberikan nilai. Nilai justru mereka pahami sebagai produk pasar, terlepas dari actor. Pemujaan mutlak terhadap komuniti merupakan proses berpikir yang mengakui komoditi dan pasar dalam masyarakat kapitalis sebagai objek yang keberadaannya terlepas dari actor.
Kesadaran Kelas Dan Kesadaran Palsu
Kesadaran kelas bukan retata ataun penjumblahan kesadaran individual; kesadaran kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersamaan menempati posisi serupa dalam system produksi. Perhatian ini tertuju pada kaum borjuis dan proletar. Menurut Lukacs, terdapat hubungan yang nyata antara posisi ekonomi objektif, kesadaran kelas dan “pemikiran psikologis riil orang mengenai kehidupan nyata mereka”.
Konsep kesadaran kelas setidaknya dalam system kapitalis, secara tersirat menyatakan keadaan sebelumnya, yang dikenal sebagai kesadaran palsu. Artinya, kelas-kelas dalam masyarakat kapitalis umumnya tidak menyadari kepentingan kelas mereka yang sebenarnya. Contoh, hingga tahap revolusioner, anggota kelas proletar belum menyadari sepenuhnya sifat dan tingkat pemerasan yang mereka dalam system kapitalisme. Kepalsuan kesadaran kelas berasal dari posisi kelas dalam struktur ekonomi masyarakat: “kesadaran kelas secara tersirat menyatakan kondisi ketaksadaran yang dikondisikan kelas dari kondisi sosio historis dan kondisi ekonomi seseorang. Berbagai factor mencegah perkembangan kesadaran kelas. Pertama, Negara terlepas dari ekonomi mempengaruhi strata sosial. Kedua, kesadaran mengenai status (prestise) cenderung menutupi kesadaran kelas (ekonomi). Akibatnya, seperti disimpulkan lukacs, “dalam masyarakat yang seluruh hubungan sosialnya berdasarkan basis ekonomi tak mungkin tercipta kesadaran kelas”.
Antonio Gramsci
Antonio Gramsci lebih memusatkan perhatian pada gagasan kolektif ketimbang pada struktur sosial seperti ekonomi, dan keduanya beroperasi menurut teori Marxian tradisional. Konsep sentral Gramsci dan yang mencemirkan hegelianismenya adalah hegemoni. Menurut Gramsci, “unsur esensial filsafat paling modern tentang praksis (menghubungkan pemikiran dan tindakan) adalah konsep filsafat sejarah tentang hegemoni”. Gramsci mendefinisikan hegemoni sebagai kepemimpinan cultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa.

TEORI KRITIS
Teori kritis merupakan produk sekelompok neo – Marxis Jerman yang tidak puas terhadap teori Marxian, terutama kecenderungannya menuju determinisme ekonomi. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika. Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat (Bleich, 1997).
Kritik terhadap Teori Marxian
Teori kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya, terutama terhadap pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang  mekanistis. Beberapa orang diantaranya (misalnya Habermas) mengkritik determinisme yang tersirat di bagian tertentu dari pemikiran asli Marx, tetapi kritik mereka sangat ditekankan pada neo – Marxis terutama karena mereka menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis. Teoritisi kritis tidak sepenuhnya menyatakan determinisme ekonomi keliru saat memusatkan perhatian terhadap aspek ekonomi, namun teori kritis mencoba meralat ketidakseimbangan tersebut dengan memusatkan perhatian terhadap aspek kehidupan sosial yang lain,
Kritik terhadap Positivisme
            Teoritisi kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung penelitian ilmiah terutama positivisme. Kritik terhadap positivisme berkaitan dengan kritik terhadap determinasi ekonomi, karena beberapa pemikir determinisme menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang pengetahuan. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah tunggal dapat diterapkan di seluruh bidang studi. Positivisme mengambil ilmu fisika sebagai standar kepastian dan ketepatan untuk semua disiplin ilmu.
            Aliran kritis menentang positivisme karena beberapa alasan, pertama yaitu positivisme lebih melihat kehidupan sosial sebagai suatu proses ilmiah. Teori kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara – cara aktivitas tersebut mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor ke derajat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan ilmiah. Karena para teoritisi kritis yakin akan kekhasan sifat aktor, maka mereka tidak dapat menerima gagasan bahwa hukum umum sains dapat diterapkan terhadap tindakan manusia.
Kritik terhadap Masyarakat Modern
            Kebanyakan karrya aliran kritis ditujukan untuk mengkritik masyarakat modern dan berbagai jenis komponennya. Teori Marxian awal kebanyakan secara tegas tertuju ke bidang ekonomi, sedangkan aliran kritis menggeser orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur dianggap sebagai realitas kapitalis masyarakat modern. Artinya dominasi masyarakat modern telah bergeser dari bidang ekonomi ke bidang kultural. Karena itulah aliran kritis mencoba memusatkan perhatian pada penindasan kultural atas individu dalam masyarakat.
            Pemikiran kritis tidak hanya dibentuk oleh teori Marxian tetapi juga oleh teori Weberian. Ini tercermin pada perhatian mereka terhadap rasionalitas sebagai perkembangan dominan dalam dunia modern. Hal ini telah dijelaskan oleh Trent Schroyer (1970) bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah dominan. Aliran kritis telah mengadopsi pembedaan Weber tentang rasionalitas formal dan rasionalitas subjektif atau apa yang disebut oleh teoritisi radikal sebagai reason.
            Menurut teoritisi kritis, rasionalisme formal tidak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang dipandang sebagai “cara berpikir teknokratis” dimana tujuannya adalah untuk membantu kekuatan yang mendominasi dan bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya adalah semata – mata untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan. Cara berpikir teknokratis berbeda dengan cara berpikir nalar (reason) yang berkenaan dengan keadilan, perdamaian, dan kebahagiaan.
Meski kehidupan modern terlihat rasional, aliran kritis memandang masyarakat modern penuh dengan ketidakrasionalan (Crook,1995). Gagasan ini diberi nama “irasionalitas dari rasionalitas formal”. Masyarakat adalah tidak rasional karena dunia rasional merusak individu, serta kebutuhan dan kemampuan mereka ; bahwa perdamaian dipertahankan melauli perang yang terus menerus ; dan bahwa meski sarana yang ada sudah cukup, namun rakyat tetap miskin, tertindas, tereksploitasi dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri.
Aliran kritis terutama memusatkan perhatian pada suatu bentuk rasionalitas formal – teknologi modern (Feenberg, 1996). Marcuse (1964) misalnya mengecam keras teknologi modern setidaknya seperti yang digunakan dalam kapitalisme. Ia memandang teknologi berperan penting sebagai metode pengendalian eksternal terhadap individu yang baru, lebih efektif dan bahkan lebih menyenangkan. Contoh utamanya adalah penggunaan televisi untuk mensosialisasikan dan menentramkan penduduk.
Marcuse menolak gagasan bahwa teknologi bersifat netral dalam dunia modern, sebaliknya dia memandang teknologi sebagai alat untuk menguasai rakyat. Teknologi modern adalah efektif karena walaupun ketika dicipkatan tampak netral namun sebenarnya ia memperbudak. Teknologi membantu menindas individualitas dimana kebebasan aktor dilanggar dan dikurangi oleh teknologi modern. Akibatnya adalah apa yang disebut Marcuse sebagai “masyarakat berdimensi tunggal”, yakni dimana individu kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan negatif tentang masyarakat.
Kritik Terhadap Kultur
            Teoritisi kritis melontarkan kritik terhadap apa yang mereka sebut sebagai “industri kultur”, yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan yang mengendalikan kultur modern. Industri kultur menghasilkan apa yang secara konvensional disebut “kultur massa” yang didefinisikan “sebagai kultur yang diatur…tak spontan, dimaterialkan, dan palsu, bukan ketimbang sesuatu yang nyata” (Jay, 1973 : 216)
Ada 2 hal yang dikhawatirkan oleh pemikir kritis mengenai industri kultur. Pertama, mereka mengkhawatirkan tentang kepalsuannya. Mereka membayangkannya sebagai sekumpulan paket gagasan yang diproduksi secara massal dan disebarkan ke tengah – tengah massa melalui media. Kedua, teoritisi kritis merasa terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas, dan membius dari industri kultur terhadap masyarakat.
Selain industri kultur, para teoritisi kritis pun mengkritisi apa yang disebut sebagai “industri pengetahuan” yang mengacu kepada entitas – entitas yang berhubungan dengan produksi pengetahuan yang menjadi struktur otonom di dalam masyarakat. Sebagian besar teroi kritik adalah sejalan dengan analisis kritik. Meskipun teori kritis mempunyai sejumlah minat positif, tetapi ia lebih banyak memberi kontribusi yang lebih kritis ketimbang kontribusi positif. Dan karena alasan ini makan teori kritis tidak memberikan banyak sumbangan terhadap teori sosiologi.

Kontribusi – Kontribusi Utama
            Subjektivitas. Kontribusi besar dari aliran kritis adalah usahanya untuk mengorientasikan teori Marxian ke arah subjektif. Meskipun ini merupakan kritik terhadap materialisme Marx dan terhadap fokusnya terhadap struktur ekonomi, ini juga merepresentasikan kontribusi yang kuat terhadap pemahaman kita tentang elemen subjektif dari kehidupan sosial. Kontribusi subjektif dari aliran kritis adalah pada tingkat individual dan kultural.
            Dialektika. Fokus positif utama kedua dari teori kritis adalah minat pada dialektika secara umum dan variasi dari manifestasi spesifiknya. Pada tingkat paling umum dialektika berarti fokus pada “totalitas” sosial. Pendekatan ini melibatkan penolakan terhadap fokus pada setiap aspek “spesifik” dari kehidupan sosial. Khususnya sistem ekonomi, di luar konteks yang lebih luas.

Kritik terhadap Teori Kritis
            Sejumlah kritik telah diajukan terhadap teori kritis yakni : pertama, teori kritis dianggap bersifat ahistoris, meneliti berbagai peristiwa tanpa memperhatikan konteks sejarah dan komparatifnya. Kedua,teori kritis umumnya mnegabaikan ekonomi. Ketiga, teoritisi kritik cenderung berargumen bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya kekuatan revolusioner, pandangan yang bertentangan dengan analisis Marxian tradisional

Ide-Ide Jurgen Hebermas
            Perbedaannya dengan Marx. Herbermas mengatakan bahwa Marx telah gagal untuk membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda-kerja dan interaksi sosial. Menurut pandangan Herbermas, Marx cenderung mengabaikan yang disebut belakangan dan hanya membahas pada kerja. Di sepanjang tulisannya, Herbermas memuat perbedaan, meski dia cenderung menggunakan istilah tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi).
Titik kunci perpisahan Herbermas dan Marx adalah penegasan bahwa tindakan komunikatiflah, bukan rasional-purposif (bekerja) yang merupakan fenomena kemanusiaan paling khusus dan paling pervasif. Tindakan komunikatif (bukan kerja) adalah landasan segala kehidupan sosiokultural dan landasan seluruh ilmu pengetahuan manusia. Sementara Marx memusatkan perhatian pada bekerja (tindakan rasional-purposif), Herbermas memusatkan perhatiaan pada komunikasi.
Rasionalisasi. Dalam hal ini, Herbermas selain dipengaruhi pemikiran Marx, juga dipengaruhi oleh Weber. Herbermas membedakan antara rasional-purposif dan tindakan komunikatif. Menurut Herbermas tindakan rasional-purposif menumbuhkan kekuatan produksi dan meningkatkan kontrol teknologi atas kehidupan. Rasionalisasi tindakan komunikatif berperan penting membebaskan komunikasi dari dominasi, memerdekakan dan membuka komunikasi.
Menurut Herbermas, rasionalisasi menghasilkan sistem produksi baru yang tidak terlalu mendistorsi. Tujuan akhir evolusi sosial adalah masyarakat rasional.rasionalitas disini berarti menyingkirkan perintah yang menyebabkan distorsi komunikasi.
Komunikasi. Herbermas membedakan antara tindakan komunikatif dan diskursus. Tindakan komunikatif terjadi dalam kehidupan sehari-hari, diskursus adalah bentuk komunikasi yang dipisahkan dari konteks pengalaman dan tindakan dan memiliki struktur. Secara teoritis konsensus muncul dalam diskursus ketika empat tipe pernyataan dikemukakan :
  1. Ucapan pembicara dapat dimengerti dan dipahami,
  2. Pernyataan yang dikemukakan oleh pembicara adalah benar, artinya pembicara mengemukakan pengetahuan yang dapat dipercaya,
  3. Pembicara diyakini benar dalam mengemukakan pernyataan, pembicara dapat dipercayai,
  4. Bagi pembicara mengucapkan pernyataan benar dan tepat, pembicara benar mengucapkan demikian.
 Teori kritis Dewasa Ini
            Tekno-Kapitalisme. Teori kellner didasarkan atas premis bahwa kita belum lagi bergerak ke abad post-modern atau post-industri tetapi masih berada di zaman kapitalisme yang terus merajalela seperti di masa jayanya teori kritis. Menurut istilah teknis Marxian, masyarakat tekno-kapitaliseme “modal konstan berangsur-angsur menggantikan modal variabel seperti tercermin dari rasio antara teknologi dan tenaga kerja yang makin meningkat dengan mengorbankan input tenaga kerja manusia”. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa tekno-kapitalisme masih merupakan kapitalisme sekalipun teknologi jauh lebih besar perannya ketimbang di masa sebelumnya.
Kellner menentang pemikiran yang menyatakan bahwa teknologi menentukan superstruktur masyarakat. Ia pun menolak pandangan yang menyatakan tekno-kapitalisme sebagai tahap baru dalam sejarah dan menolak kembali ke konsep kelas pilitik lama.
Kellner tak bermaksud membangun sebuah teori berskala lengkap mengenai tekno-kapitalisme. Inti tesisnya adalah bahwa meski telah berubah secara dramatis, namun kapitalisme masih akan tetap berkuasa dalam dunia masa kini, dengan demikian peralatan analisis yang disediakan oleh aliran kritis dan oleh teori Marxian pada umumnya masih tetap relevan untuk menganalisis kehidupan masa kini.

Sosiologi Ekonomi Neo Marxian
Pada bagian ini akan dibahas dua kelompok karya. Pertama berfokus pada isu modal dan tenaga kerja yang luas, yang kedua adalah karya kontemporer yang lebih sempit, tentang transisi dari fordisme ke post fordisme.
Modal dan Tenaga Kerja  
Kebanyakan pemikiran ekonomi Marx didasarkan atas premis bahwa kapitalisme adalah sebuah sistem kompetitif. Marx memang membuat ramalan tentang kemungkinan munculnya sistem monompoli dimasa yang akan datang, tetapi komentarnya tentang hal ini hanya singkat.
Mengenai monopoli modal, Paul Baran dan Sweezy memuai kritik dengan mengkritik il mu sosial Marxian. Mereka menuduh teori Marxian mengalami stagnasi Mereka menuduh teori Marxian mengalami stagnasi karena teori itu terus bersandar pada asumsi ekonomi kompetitif. Memurut mereka teori Marxian modern mestinya menyadari bahwa kapitalisme persaingan sebagian besar telah digantikan oleh kapitalis monopoli.
Kapitalisme monopoli dalalm satu hal berarti pengendalian terhadap satu atau sedikit kapitalis terhadap sektor ekonomi tertentu. Jelas dalam kapitalisme monopoli kompetisi jauh lebih sedikit ketimbang dalam kapitalisme kompetitif. Dalam kapitalisme kompetitif organisasi bersaing atas dasar harga, artinya kapitalis berusaha untuk menjual barang lebih banyak dengan menawarkan harga lebih rendah. Dalam kapitalis monopolis perusahaan tidak lagi bersaing dengan cara seperti itu karean satu atau beberapa perusahaan mengendalikan pasar yakni kompetisi bergeser ke bidang penjulan, misalnya periklanan, pengemasan dan metode lain yang bertujuan menarik minat konsumen potensial adalah bidang utama kompetisi. Disini persaingan harga makin di pandang tidak rasional. artinya, dilihat dari sudut pandang kapitalis monopoli, menawarkan harga yang makin rendah hanya akan menimbulkan kekacauan di pasar, selain itu belum lagi memiocarakn keuntungan yang makin kecil dan kemungkinan untuk bangkrut. Sebalikny, kompetisi penjulan bukanlah sistem persaingan yang tajam, yang saling membunuh, namun pada kenyataannya sistem penjualan ini menyediakan pekerjaan bagi industri periklanan. Kompetisi penjualan juga jauh lebih kecil resikonya ketimbang  kompetisi harga.
Aspek penting lain kapitalisme monopoli adalah munculnya perusahaan raksasa dan sejumlah kecil perusahaan besar yang mengendalikan sebagian besar sektor ekonomi. Dalam kapitalisme kompetitif, organisasi perusahaan seluruhnya dikendalikan oleh seorangan pengusaha. Perusahaan modern dimiliki oleh sejumlah besar pemegang saham. Meski pemegang saham memiliki perusahaan, namun para manager melaksanakan kontrol sesungguhnya sehari-hari. Manager adalah sentral dalam kapitalisme monopoli sedangkan pengusaha adalah sentral dalam kapitalisme kompetitif. Manager memiliki kekuasaan yang besar yang mereka upayakan untuk mempertahankannya. Baran dan Sweezy menguraikan secara luas mengenai posisi sentral manager perusahaan dalam masyarakat kapitalis modern. Manajer dipandang sebagai kelompok yang sangat rasional yang berpikir untuk memaksimalkan keuntungan organisasi.
Kritikan untuk Baran dan Sweezy dengan alasan bahwa mereka terlalu menekankan rasionalitas manager. Herbert Simon mengkritik menyatakan bahwa manager lebih tertarik untuk menemukan solusi yang memuaskan  secara minimal ketimbang menemukan solusi yang paling rasional dan paling menguntungkan. Banyak orang yang akan menyatakan bahwa para pemegang saham mayoritaslah sebenarnya yang mengkontrol sistem kapitalis.
Tenaga Kerja dan Monopoli Modal
Untuk mengembangkan analisis Marx, Braverman menyatakan bahwa konsep “kelas buruh” tidak mendeskripsikan orang atau kelompok pekerja tertentu, tetapi lebih merupakan sebuah pernyataan tentang proses pembelian dan penjualan tenaga kerja. Dilihat dari hal itu,  Braverman menyatakan bahwa dalam kapitalisme modern sebenarnya tidak seorang pun di antara tenaga kerja itu memiliki alat produksi , karena itu segolongan besar orang, termasuk pekerja kantoran dan pelayan terpaksa menjual tenaga mereka kepada segolongan kecil  yang memiliki produksi.
Braverman mengakui adanya eksploitasi ekonomi yang menjadi sasaran perhatian Marx, tetapi ia menekankan perhatian pada masa pengendalian. Cara kapitalis mengendalikan tenaga kerja yang mereka kerjakan yakni dengan melalui manajer. Braverman mendefinisikan manajemen “proses memimpin tenaga kerja yang bertujuan mengendalaikannya di dalam perusahaan”. Braverman memusatkan perhatian pada cara-cara yang lebih bersifat impersonal yang digunakan manajer  untuk mengndalikan tenaga kerja.
Pemanfaatan spesialisasi untuk mengendalikan tenaga kerja. Spesialisasi di tempat kerja meliputi pembagian tugas atau operasi menjadi bagian-bagian kecil dan sangat terspesialisasi, yang tiap bagian diserahkan kepada pekerja yang “berlainan”.  Spesialisasi bukanlah alat kontrol memadai yang dapat digunakan kapitalis dan manajer. Alat kontrol penting lainnya adalah teknik ilmiah, termasuk upaya seperti manajemen ilmiah.  Menurut Braverman manajemen ilmiah adalah ilmu mengenai “cara terbaik yang digunakan untuk mengendalikan tenaga karja yang  teralienasi”. Manajemen ilmiah ditemukan dalam sederetan tahapan yang bertujuan mengendalikan tenaga kerja sebagai berikut: mengumpulkan sejumlah pekerja dalam satu ruangan kerja, menetapkan lamanya hari kerja dan jam kerja, mengawasi pekerjaan mereka, melakasanakan peraturan terhadap peraturan dan menetaokan produksi minimla yang dapat dierima.
Braverman pun melihat mesin sebagai alat kontrol terhadap pekerja. Mesin modern tercipta ketika “peralatan dan atau pekerjaan cenderung diatur gerakannya oleh struktur mesin itu sendiri. Keterampilan lebiih tertuju untuk melayani mesin ketimbang membiarkan didapatkan oleh pekerja. Pekerja menjadi kontrol oleh mesin ketimbnag mengkontrol pekerjaan. Braverman menyatakan pekerja kantoran dan pekerja pelayan tunduk pada proses kontrol yang sama dengan yang digunakan terhadap pekerja tangan di abad terakhir.
Dalam kapitalisme kompetitif abad 19 digunakan kontrol sederhana di mana “para atasan menggunakan kekuasan secara pribadi, ikut campur tangan dalam proses kerja sering dengan cara yang memaksa pekerja, menggeretak dan mengancam pekerja, memberi hadiah atas pelaksanaan pekerja yang baik, mengangkat dan memecat dengna segera, menyayangi pekerja yang setia dan lainnya. Pekerja modern dapat di kontrol dengan teknologi yang digunakan ditempat kerja. Selain itu pekerja modern juga di kontrol dengan birokrasi yang lebih bersifat impersonal ketimbang di kontrol secara personal oleh pengawas. Kapitalisme terus berubah dan bersamaan dengan itu mengubah cara mengkontrol pekerja.
Michael Burawoy dan kajiaanya tentang mengapa pekerja dalam sistem kapitalis bekerja sedemikian keras. Ia menolak penjelasan Marx yang menyatakan bahwa kerja keras itu karena adanya koersi atau paksaan.  salah satu aspek yang diteliti Burawoy adalah permainan yang dimainkan pekerja ditempat kerja dan lebih umum lagi praktif informal yang mereka kembangkan di tempat kerja. Burawoy menyatakan metode membangkitkan kerja sama secara aktif dan persetujuan seperti itu jauh lebih efektif dalam membawa pekerja untuk bekerja sama dalam mengejar keuntungan ketimbang metode paksaan.
Fordisme dan post fordisme
Fordisme merujuk kepada gagasan, prinsip, da sistem yang dikembangkan oleh Henry Ford. Ford pada umumnya berjasa dalam mengembangkan sistem produksi massal modern, terutama melalui penciptaan sistem perakitan mobil secara bergulir. Ciri-ciri fordisme :
1.         Produksi massal untuk produk sejenis
2.         Menggunakan teknologi yang tidak fleksibel seperti perakitan bergulir
3.         Mengadopsi sistem pekerja rutin yang distandarkan
4.         Kenaikan produktivitas berasal dari skala “ekonomi maupun dari penurunan tingkat katerampilan, intensifikasi dan homogenisasi tenaga kerja.
5.         Meningkatnya pekerja massal dan serikat yang birokratis
6.         Negosiasi oelh srikat mengenai keseragaman upah berkaitan erat dengan kenaikan keuntungan dan produktivitas.
7.         Pertumbuhan pasar untuk produk homogen industri massal dan homogenisasi pola konsumsi
8.         Kenaikan upah, berkaitan dengan unionisasi, menyebabkan kenaikan permintaan atas kenaikan suplai produk yang diproduksi secara massal
9.         Pasar untuk produk yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Keynesian
10.     Lembaga pendidikan umum menyediakan tenaga kerja massal yang diperlukan oleh industri
Akibat dinyatakan kemerosotan fordisme dan bangunnya post fordisme yang ditandai oleh hal berikut:
1.         Menurunnya minat terhadap produk massal dan diikuti pertumbuhan minat terhadap produk yang lebih terspesialisasi terutama prooduk yang bergaya dan berkualitas tinggi
2.         Produksi yang lebih terspesialisasi memerlukan jangka waktu produksi lebih pendek yang dapat dihasilkan dalam sistem yang lebih kecil dan lebih produktif
3.         Produksi yang labih fleksibel menjadi menguntungkan dengan adanya teknologi baru
4.         Teknologi baru yang memerlukan tenaga kerja yang selanjutanya mempunyai keterampilan yang makin berbeda dan pendidikan yang lebih baik, bertanggung jawab dan otonomi makin besar
5.         Produksi harus dikontrol melalui sistem yang lebih fleksibel
6.         Birokrasi yang sangat besar dan tidak fleksibel perlu di ubah agar beroperasi lebih mudah
7.         Serikat buruh yang dibirokratisasikan tidak lagi memadai untuk mawakili kepentingan tenaga kerja baru yang sangat terdiferensiasi
8.         Perundingan kolektif yang didesentralisasi menggantikan negosiasi yang disentralisasir
9.         Tenaga kerja menjadi semakin terdiferensiasi dan memerlukan komoditi, gaya hidup dan saluran kultural yang makin terdeferensiasi
10.     Kekayaan negara yang tersentralisasi tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan rakyat yang berbeda-beda dan diperlukan lembaga yang lebih terdifensiasi dan lebih fleksibel.
Bila diringkas pergeseran dari fordisme ke post fodisme dapat dilukiskan sebagai transisi dari homogenitas ke hererogenitas.    

Marxisme Berorientasi Historis
Riset histories Marx paling terkenal adalah formasi ekonomi prakapitalis, dalam bagian ini akan membahas karya yang merefleksikan orientasi histories karya Immanuel Wallerstein tentang sistem dunia modern.

Sistem Dunia Modern
Wallerstein memilih unit analisis tak seperti yang digunakan oleh kebanyakan pemikir Marxian, ia tak memperhatikan pekerja, kelas atau bahkan Negara karena ia melihat sebagian besar variabel tersebut terlalu sempit untuk tujuan analisisnya. Sebaliknya wallerstein lebih memusatkan perhatian pada kesatuan ekonomi luas dengan pembagian kerja yang tak dibatasi oleh batasan politik atau cultural, ia menemukan bahwa unit dalam konsep sistem dunianya itu sebagian besar adalah sistem sosial yang memenuhi kebutuhan sendiri dengan batas dan juga hidup yang dapat ditetapkan artinya sistem sosial tidak kekal selamanya. Wallerstein tak cenderung mendefinisikan sistem itu dipersatukan bersama oleh berbagai jenis kekuatan yang mengandung ketegangan didalamnya, Wallerstein menyatakan bahwa memiliki dua tipe sistem dunia yaitu kekaisaran dunia dan sistem ekonomi dunia kapitalis modern, kekaisaran dunia berdasarkan dominasi politik sedangkan system ekonomi dunia kapitalis berdasarkan dominasi ekonomi. Ekonomi dunia kapitalis dipandang lebih stabil ketimbang kekaisaran dunia karena beberapa alasan :

  1. Ekonomi dunia kapitalis mempunyai basis lebih luas, karena meliputi banyak Negara.
  2. Mempunyai proses stabilisasi ekonomi yang terpasang permanent.

Wallerstein meramalkan kemungkinan munculnya system dunia ketiga, sebuah pemerintahan dunia sosialis. Kawasan pinggiran (periphery) terdiri dari kawasan yang menyediakan bahan mentah bagi pusat dan sangat dieksploitasi oleh pusat, dan kawasan semipinggiran (semiperiphery) adalah katagori sisa yaitu meliputi sekumpulan kawasan di suatu tempat antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi. Menurut Wallerstein pembagian eksploitasi internasional bukan ditentukan oleh batas Negara, tetapi oleh pembagian kerja ekonomi di dunia. Wallerstein melihat ekonomi sebagai alat dominasi yang jauh lebih efisien dan lebih maju ketimbang politik, struktur politik sangat tidak praktis, sedangkan eksploitasi ekonomi memungkinkan untuk meningkatkan aliran surplus dari strata bawah ke strata lebih tinggi, dari kawasan pinggiran ke kawasan pusat, dari mayoritas ke minoritas. Di era modern kapitalis menyediakan basis untuk pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia ini telah tercapai tanpa bantuan struktur politik yang dipersatukan. Kapitalisme dapat dipandang sebagai alternative ekonomi terhadap dominasi politik, kapitalisme jauh lebih mampu menghasilkan surplus ekonomi ketimbang teknik yang primitif yang digunakan dalam eksploitasi politik.
Wallerstein menyatakan ada 3 hal yang diperlukan untuk membangun ekonomi dunia kapitalis keluar dari puing reruntuhan feodalisme :
  1. Ekspansi Geografis
Kelompok elite seperti bangsawan memerlukan ekspansi lautan karena berbagai alas an, Pertama, mereka berperang melawan kelas yang baru muncul yang menyebabkan ambruknya ekonomi feodal. Kedua, perdagangan budak menyediakan mereka tenaga kerja loyal untuk membangun ekonomi kapitalis. Ketiga, ekspansi juga menyediakan mereka berbagai jenis komoditi yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekonomi kapitalis.

  1. Pembagian Kerja Dunia
Kapitalisme menggantikan statisme sebagai kode utama yang mendominasi dunia, tetapi kapitalisme tidak berkembang secara seragam di seluruh dunia, menurut Wallerstein solidaritas system kapitalis pada akhirnya didasarkan pada pengembangan yang tek ekual. Dengan orientasi Marxiannya, Wallerstein tidak menggapnya sebagai keseimbangankonsensual, tetapi lebih sebagai keseimbangan yang bermuatan konflik dari awal. Bagian- bagian system dunia kapitalis yang berbeda terspesialisasi dalam fungsi-fungsi khusus mengembangbiakan tenaga kerja, memproduksi bahan makanan, menyediakan bahan mentah, dan mengorganisir industri. Contoh Afrika memproduksi budak, Eropa Barat dan Eropa Selatan mempunyai banyak petani dan petani penyewa. Wallerstein menyatakan bahwa kunci kapitalisme terletak pada kenyatan bahwa kawasan pusat didominasi oleh pasar tenaga kerja bebas untuk pekerja terampil, dan pasar tenaga kerja paksa untuk pekerja kurang terampil terdapat di kawasan pinggiran.

  1. Perkembangan Negara Pusat
Negara - negara Eropa memperkuat diri mereka sendiri di abad ke 16 antara lain dengan mengembangkan dan memperluas sistem birokrasi dan menciptakan monopoli kekuasaan dalam masyarakat, terutama dengan membangun tentara dan melegitimasi aktivitas mereka untuk menjamin terpeliharanya stabilitas dalam negeri. Contohnya adalah perkembangan dan kemudian diikuti kemerosotan dalam megara pusat, yakni negara Belanda.
Dengan merefleksikan pendekatan Marxiannya tentang ekonomi, Wallerstein menyatakan bahwa untuk menjadi bagian bagian ekonomi dunia, srtuktur politik bangsa bersangkutan harus menjadi bagian dari sistem antarnegara. 

Teori Sistem Dunia Kini
Pemikir Marxis mengkritik perspektif system dunia kerena kegagalan menjelaskan secara memadai hubungan antara kelas-kelas sosial, menurut pandangan mereka, Wallerstein memusatkan perhatian pada masalah yang keliru. Bagi pemikir Marxis, kuncinya bukanlah pembagian kerja internasional antara kawasan pusat dan pinggiran, tetapi adalah masalah hubungan kerja dalam masyarakat tertentu. Berger berupaya mendamaikan perbedaan pendapat ini dengan menyatakan bahwa di kedua pihak ada kekuatan dan kelemahannya. Pendirian kuncinya adalah bahwa hubungan pusat-pinggiran adalah penting, tak hanya sebagai hubungan pertukaran seperti ditegaskan Wallerstein tetapi lebih penting karena ada hubungan kekuasaan ketergantungan yakni hubungna kelas. Teoritis system dunia telah mendorong teori tersebut agar untuk membahas situasi dunia sekarang dan masa yang akan datang  serta masa-masa sebelum era modern.  


2 komentar:

  1. terima kasih. postingan anda membantu saya dalam memahami teori neo-marksis. sila mengunjungi blog saya, isinya tentang akuntansi dan ringkasan tugas http://marisaprasetya.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  2. What to Expect from the Bet365 Casino? - Grizzly Gambling
    Bet365 안전한 바카라 사이트 Casino is a legal and secure option for punters looking to play casino 먹튀사이트조회 games for real 이빨빠지는꿈 money. bk8 It has been around for a 해외 토토 사이트 long time and

    BalasHapus